Jakarta, November 2006
Kepada Yth.
Ilham J. Baday
di tempat.
Salam Hangat !
Kami informasikan kembali bahwa kami mengundang Anda untuk berpartisipasi dalam event: “Birds Migration: Indonesia International Performance Art Event [IIPAE] 2006”* yang akan berlangsung pada tanggal 7 hingga 9 Desember 2006 mendatang di Galeri Nasional Jakarta - INDONESIA, sebagai:
Performer
Tema event : Sejarah & Kini [History & Today]
*iipae2006.blogspot.com
Forum ini bertujuan mengumpulkan para periset [pemerhati] Performance Art sekaligus para performer Indonesia dan manca negara untuk sharing dan melakukan pengembangan wacana. Wacana ini diharapkan dapat menjadi padu dalam deretan referensi edukatif dan bermanfaat sebagai panduan bagi publik serta pengembangan event (program) berikutnya, baik lokal mau pun internasional.
Sekali lagi, kami mohon konfirmasi dari Anda serta draft/ outline konsep performance Anda dalam IIPAE2006.
Terima kasih.
Salam Apresiatif,
SS Listyowati
[Pelaksana Produksi]
MobilePhone: 085217292179
Introduksi
Performance art di Indonesia masih saja tergolong baru. Istilahnya pun masih terasa asing, bahkan bagi publik seni. Beberapa orang masih mengkategorikannya ke dalam performing art (seni pertunjukan). Berbagai istilah dalam bahasa Indonesia yang hadir dalam usaha mendefinisikan dan menerjemahkan istilah performance art pun seringkali tak mendapat kata sepakat antar berbagai pihak. Tak heran bila kemunculan dan perkembangannya tak banyak diketahui secara jelas oleh masyarakat, sehingga timbul berbagai kesenjangan wacana yang seringkali berakibat pada kesenjangan persepsi dalam publik yang lebih luas, tak hanya bagi publik seni.
Terlepas dari berbagai sikap pro dan kontra di masyarakat, bahkan dalam publik seni, genre dalam ruang seni ini tampaknya malah semakin hidup dan berkembang, meski sporadis. Beberapa orang dan kelompok sangat serius dalam memproses setiap perkembangannya, baik dalam pengamatan (riset) mau pun dalam penggalangan penyelenggaraan dan pengembangan wacana. Beberapa individual bahkan telah mendapat tempat di berbagai forum internasional.
Suka atau tidak, faham atau tidak, keberadaan genre ini adalah sebuah realita dan patut mendapatkan wadah tersendiri sebagai kajian ilmu, tidak bisa tidak.
Ibarat migrasi para burung [Birds Migration]. Tak akan bisa dibendung. Metaphora ini melukiskan ribuan hingga jutaan burung selalu berpindah tempat dari satu benua ke benua lain, berkembang biak, berasimilasi, menciptakan spesies baru berdasarkan alam benua masing-masing atau tetap tak bergeming mempertahankan orisinalitasnya, bahkan epidemik yang menimbulkan kematian dalam area hitam flu burung (avian flu). Tak bisa dicegah.
Meski begitu, sebagaimana migrasi para burung yang selalu menggulirkan ekosistem berjalan sebagaimana hukum alam, beriring bersama angin, melayang terbang tinggi di angkasa luas, sayap-sayap berkepak dan terbentang lebar, mengarungi kawasan-kawasan baru, menyemai benih & kehidupan lainnya, bulir-bulir biji-bijian, padi, gandum, bunga, mematuk putik-putik bunga hingga makin bersemai dan bakal buah ranum bermunculan, pohon yang semakin rindang, hewan-hewan lainnya terlindung serta mendapatkan makanannya, tak akan pernah berkesudahan dalam menuju harmoni, meski selalu gelisah dalam setiap kemapanan, selalu bergerak dari setiap halte kehidupan ke halte lainnya, membentuk jaringan-jaringan dan oase baru.
Galeri Nasional Indonesia [www.galeri-nasional.or.id], selaku institusi seni nasional di ruang seni rupa, yang bertujuan keras meningkatkan wacana apresiasi masyarakat dari skala nasional hingga ke tingkat internasional membuka ruang temu terbuka demi wacana publik dengan menghadirkan program “Birds Migration : Indonesia International Performance Art Event [ IIPAE ] 2006” . Acara ini akan berlangsung selama 3 (tiga) hari sejak tanggal 7 hingga 9 Desember 2006 mendatang di Galeri Nasional Indonesia . Berbagai program yang akan dihadirkan antara lain : seminar (dua hari), workshop, artist talk, performance dan eksibisi (pameran dokumentasi performance artists Indonesia dari para senior dan klub-klub performance art di Indonesia).
Birds Migration : Indonesia International Performance Art Event [ IIPAE ] 2006* ini bermaksud meng-analogi-kan diri sebagaimana deskripsi di atas. Acara ini adalah serangkaian semangat yang sama dari berbagai acara lainnya bertajuk ‘Bird Migration” yang (telah atau pun akan) berlangsung di berbagai tempat lainnya. Spirit utamanya adalah menggalang networking antar aktivisnya dengan berbagai events dan program, berdasarkan kesadaran yang sama atas pentingnya studi sejarah beredarnya performance art sebagai sebuah genre yang melibatkan kepedulian para pelakunya dan berbagai pesan demi penyadaran atas berbagai situasi politik, sosial, individual, kultural dan sebagainya, yang tentunya membutuhkan pemahaman dan strategi-strategi baru dalam menghadapi berbagai bentuk ‘kekinian’, hingga menciptakannya dalam kreasi-kreasi ‘terkini’.
Acara ini diharapkan dapat memenuhi berbagai aspirasi dari berbagai pihak, setidak-tidaknya dalam hal pengetahuan. Semoga acara ini menjadi support besar dalam dunia seni dan sains, tak hanya bagi Indonesia , namun juga dunia. Acara ini diselenggarakan dengan bantuan rancang program dan organizing oleh AppreRoom [appreroom.blogspot.com] serta didukung oleh berbagai pihak antara lain : Goethe Institut Jakarta, dan lain-lain. Diikuti sekitar 70 orang, para partisipan (peserta) yang akan terlibat selain dari Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Makassar, Palu, Balikpapan, Medan, Bali dll.) juga dari manca negara (Singapura, Malaysia, Jepang, Korea, Vietnam, Taiwan, Hongkong, Cina, Filipina, Australia, Amerika, Jerman, Yunani, Denmark, Kanada, dll.).
[S S Listyowati ]
*Info program dapat dilihat di : iipae2006.blogspot.com
LAMPIRAN
Nama Program :
”Birds Migration: Indonesia International Performance Art Event [ IIPAE ] 2006”
Sebuah Forum Festival Performance Art Internasional
Materi Program :
Seminar, Artist Talk, Workshop, Eksibisi dan Performance
Durasi :
7 - 9 Desember 2006
Susunan Program :
Kamis, 7/12 – Seminar 1 & Workshop, Performance, Eksibisi
Jum’at, 8/12 – Artist Talk, Performance, Eksibisi
Sabtu, 9/12 – Seminar 2, Performance, Eksibisi
Tema :
Sejarah & Kini [History & Today]
Peserta :
Performer/ kritikus seni/ periset/ observer/ organizer dari Indonesia dan internasional
Venue :
Galeri Nasional Indonesia – Jakarta , INDONESIA
Susunan Panitia/ Tim Kerja
Produser : Galeri Nasional – Jakarta
Penanggungjawab : Direktur Galeri Nasional - Jakarta
Pimpinan Produksi : Tubagus Andre
Pelaksana Produksi : S S Listyowati
Divisi Seminar, Workshop & Artist Talk : Heru Hikayat
Divisi Performance : Yoyo Yogasmana
Divisi Eksibisi : Reza Afisina
Kurator : Heru Hikayat, Yoyo Yogasmana, S S Listyowati
Sekretariat :
Galeri Nasional Indonesia
Jl. Medan Merdeka Timur 14
Jakarta 10110 - INDONESIA
T. [021] 34833954/ 34833955/ 3813021
F. [021] 3813021
E. galnas@indosat.net.id
H: www.galeri-nasional.or.id
Kontak Panitia:
E. iipae2006@yahoo.com
H. iipae2006.blogspot.com
Hp. +62/0 85217292179
---
Jadwal Acara
Kamis, 7 Desember 2006
[Galeri Nasional Indonesia , Balai Pendopo]
09.00 : Pembukaan Acara
09.30 – 10.00 : Performance Art by Yoyo Yo
10.00 – 12.45 : Seminar 1
15.00 – 18.00 : Workshop
20.00 – selesai : Performance Art
Jum’at, 8 Desember 2006
[Galeri Nasional Indonesia ]
09.00 – 12.00 : Artist Talk
14.00 – 17.00 : Performance Art
20.00 – selesai : Performance Art
Sabtu, 9 Desember 2006
[Galeri Nasional Indonesia ]
09.00 – 12.00 : Seminar 2
14.00 – 17.30 : Performance Art
18.00 – 20.00 : Performance Art
21.00 : Penutupan
SeminarSeminar 1Kamis, 7 Desember 2006 [Pk. 09.00 – 12.45]
Tema:“Birds Migration: A Study in History of Performance Art and Its Management”Moderator: Rifky Effendy
Pembicara : Aminuddin TH Siregar [Ind.], S S Listyowati [Ind.], Feriawan [Ind.], Ari Suryadi Nata [Ind.], Ipit Dimyati [Ind.]*, Ray Langenbach [USA], Nani Kahar [M’sia]
Latar Belakang :Seperti migrasi para burung dari satu tempat ke tempat lain, dari satu benua ke benua lain, performance art meski kelahirannya di benua belahan Barat, namun keberadaannya bagai mengudara, menembus batas ruang negara, bangsa, ras dan keyakinan hingga ke timur dan Asia, yang perlu disikapi sedemikian rupa agar tetap memberi kehidupan, kesegaran dan kelahiran-kelahiran baru, kolaborasi baru, bentuk-bentuk baru, performa baru, bukan wabah baru, apalagi kematian.Peristiwa kelahirannya mengukir sejarah tersendiri yang membuat genre ini masuk dalam kawasan seni dengan karakternya yang sangat unik dan menjadikannya begitu spesial sekaligus kontroversial. Di masing-masing tempat [negara, bangsa] memiliki sejarah keberadaannya sendiri, yang melibatkan banyak situasi dan kondisi kausalitas, baik, politik, sosial, ekonomi, kultural dan sebagainya di setiap jamannya. Hal ini membuat genre ini makin menarik untuk ditelaah selain jajaran bentuk kesenian lainnya di setiap masa dan keberadaannya hingga kini dalam sejarah.Performance art melibatkan berbagai aspek manajerial seni. Aspek-aspek ini meliputi antara lain dalam (1) manajemen institusi dan events, berkaitan dengan kemampuan berorganisasi dan hubungan dengan pemerintah (2) manajemen wawasan, berkaitan dengan luas pengetahuan dan pembinaan wacana, serta (3) manajemen diri, berkaitan dengan pelatihan fokus pikiran, pengasahan hati nurani, penggodogan mental dan fisik dalam menentukan, mempersiapkan dan melakukan performance serta kemampuan menghadapi berbagai resiko setelahnya.Sebagaimana halnya para burung yang tengah bermigrasi, mampukah performance art bersama para pelakunya baik komunal mau pun individual tetap terus mampu mengepakkan sayapnya hingga selebar mungkin mengarungi angkasa luas menembus berbagai batas? [SS Listyowati]Seminar 2Sabtu, 9 Desember 2006 [Pk. 09.00 – 12.00]
Tema : “Performativity”Moderator: Aminuddin Th Siregar
Pembicara: Heru Hikayat [ Ind. ], Reza Afisina [ Ind. ]
Latar Belakang :Performance art merupakan genre seni yang menempatkan dirinya pada irisan. Ia punya latar dari berbagai disiplin seni yang sudah ada, sambil selalu menghindar dari berbagai konvensi atau kategori yang sudah mapan. Dengan begitu ia berada dalam barisan seni-seni avant-garde (garda depan).Ada istilah lain menyangkut pembaharuan dalam seni: kontemporer. Dalam dunia seni, istilah kontemporer tidak sekedar merujuk pada makna literer, yaitu kekinian. Kontemporer lebih merujuk pada prinsip-prinsip tertentu yang mengkritik, memperluas, atau bahkan menihilkan prinsip-prinsip yang sudah ada sebelumnya. Performance art juga bersesuaian dengan pengertian ini.Membicarakan performance art adalah membicarakan semangat pembaharuan dalam seni. Satu semangat yang bisa membuat pemirsa tertantang berpetualang. Sebuah petualangan apresiasi. Seperti halnya setiap seniman, selalu melakukan petualangan setiap kali berkarya.Performance art mempunyai kredo “seni yang dihadirkan langsung oleh senimannya”. Performance art lebih merupakan peristiwa daripada materi. Dengan begitu, presentasi langsung merupakan karakter dasarnya. Karya yang sebenarnya adalah peristiwa yang hanya terjadi sekali, pada saat itu saja. Sebuah karya performance memang bisa dipresentasikan berkali-kali. Namun setiap presentasi selalu terikat pada ruang-waktu spesifik. Hingga presentasi kedua, ketiga, dst. merupakan karya yang tidak lagi sama, karena ruang-waktunya berbeda. Konteks sangatlah vital membentuk karya performance. Di sisi lain, bagaimana mungkin sebuah peristiwa bisa tersebar luas jika tidak didokumentasikan? Bahkan seluruh bangunan seni modern di Indonesia dimulai dari bacaan terhadap dokumen-dokumen seni. Pengetahuan tentang performance art pun didapat dari buku-buku dan kajian terhadap dokumen-dokumen. Pendek kata, sejarahlah yang menjamin eksistensi.Ini era teknologi reproduksi. Tampaknya segala hal didokumentasi, digandakan, dan bisa disebar-luaskan. Dari mulai hal-hal monumental: pelantikan presiden, sidang DPR, pengadilan, wisuda, pernikahan, kelahiran, kematian, dll; hingga hal-hal elementer: rambut panjang, baju baru, kabel, gorden, daun jendela warna hijau, dll. Menyangkut seni, semua hal bisa dianggap penting dan karenanya harus direkam dengan baik.Performance art, karena berupa peristiwa, maka satu-satunya cara agar ia bisa diakses di masa datang adalah melalui dokumentasi. Karya performance yang baik adalah karya yang berhasil memukau publik. Publik berhasil dipersuasi untuk mengamati tiap rinci. Sebaliknya, publik akan menuntut keunikan peristiwa yang membuatnya mau memperhatikan karya performance rinci demi rinci. [Heru Hikayat]WorkshopKamis, 7 Desember 2006 [Pk. 15.00-18.00]Presenter 1 [Venzha Christiawan/ Indonesia] :Tema : “Teknologi dalam Performance Art” - Ruang APresenter 2 [Arahmaiani/ Indonesia] :Tema : “Semiotika dalam Performance Art” - Ruang BPresenter 3 [Tang Da Wu/ Singapura] :Tema : “Tradisi dan Modernitas dalam Performance Art” - Ruang CArtist TalkJum’at, 8 Desember 2006 [Pk. 09.00 – 12.00]Presentasi video dsb.Ruang 1 : Lee Wen [Singapura]Ruang 2 : Tisna A Sanjaya [ Indonesia ]
Eksibisi7-9 Desember 2006, pk 9am-9pmPameran Instalasi Seni Foto & Video Performance ArtTema : “Performativity: Ruang Migrasi Para Performer”Tempat : Sepanjang lorong dan ruang-ruang galeriPeserta : FX Harsono, Dadang Christanto, Heri Dono, Teguh Ostenrik, Krisna Murti, Andarmanik, Marintan Sirait, Isa Perkasa, Deden Sambas, Diyanto, EddiE Hara, Aming D Rahman, B. Subarnas, Rudi St. Darma, Melati Suryodarmo, Iswanto GH, RuangRupa, Klinik Taxu, HIMASRA-UPI, Rewind Art-UNJ, IKJ, B+PAC, Rumah Proses, CommonRoom, PerformanceKlub/ Iwan Widjono, Geber Modus Operandi, Ahmad Anzul, Irawan Karseno, Asbestos/ Mimi Fadmi
*dalam konfirmasi
Performance@ 15-30 menit atau tentative, dilakukan parallel di ruang yang berbedaTempat: area GalNasKamis, 7 Desember 200609.30 – 09.45 20.00 – selesaiJum’at, 8 Desember 200614.00 – 17.30
20.00 – selesaiSabtu, 9 Desember 200614.00 – 17.30
18.00 – 20.00
Peserta:
Angga Wedhaswara [Indonesia], Ade/Asep Deni [Indonesia], Soge Ahmad [Indonesia], Ilham J. Baday [Indonesia], Prilla Tania [Indonesia], Ronald Apriyan [Indonesia], S S Listyowati {Indonesia], Uga Stigma [Indonesia], W. Christiawan [Indonesia], Yoyoyogasmana [Indonesia], Yustoni Volunteero [Indonesia], Tiarma Sirait [Indonesia], Firman Djamil [Indonesia], Caesar Chong [Malaysia], Saiful Razman [Malaysia], Razif [Malaysia], Rahmat Haron [Malaysia], Juliana Yasin [Singapura], Agnes Yit [Singapura], Rizman Putra [Singapura], Lina Adam [Singapura], Jeremy Hiah [Singapura], Khairuddin Hori [Singapura], Mideo M Cruz [Filippina], Tran Luong [Vietnam], Chumpon Apisuk [Thailand], Shu Yang [Cina], Ah Lien (Taiwan), Hong O-bong [Korea], Arai Sin-Ichi [Jepang], Seiji Shimoda [Jepang], Jill McDermid [AS], Elvira Santamaria [Mexico], Jacques van Poppel [Belanda], Nezaket Ekici [Jerman/ Turki], Theodor di Ricco [AS/Jerman], Inari Virmakoski [Finlandia], Aspro Zane Trow [Australia], Moon Na ¹®³ยช [Korea], Jennifer Nelson [Yunani], Angie Seah [Singapura], Sophie Natasha Wei [Singapura], Ko Siu Lan [Hongkong], Cheng Guangfeng [Cina], Jane Jin Kaisen [Denmark]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment